Sejauh ini kami mendapatkan banyak manfaat dari kombinasi terapi mendengar (untuk memasok kosa kata supaya si anak ngerti suatu kata) dan terapi wicara (untuk membantu pengucapan yang benar).
Berkat terapi mendengar (auditori verbal, TAV) Ellen bisa membedakan kata “papa” dan “mama” yang ia dengar tanpa melihat gerak bibir kami. Jika kami tanya “Mana papa?” atau “Mana mama?” ia bisa menjawab dengan benar (dengan menunjuk sambil mengucapkan papa/mama). Tapi pengucapannya belum jelas, kata “papa” ia ucapkan mirip “mama”.
Oleh terapis wicara (saat itu masih terapi di suatu RS di Jakbar) Ellen dibantu membedakan pengucapan “papa” dengan “mama”. Entah bagaimana teknik terapinya, tapi hasil pengucapannya bisa dicek yaitu dengan pegang hidung dan rasakan perbedaan getarannya (silakan coba!). Di rumah kami praktekkan pengecekan tsb (Ellen juga suka mempraktekkannya sendiri) beberapa kali. Alhasil Ellen sudah bisa mengucapkan “papa” dengan benar.
Contoh lain, ketika saya tanya Ellen, “Mama mana?”, dia lihat sekeliling sekilas, kalau tidak terlihat mamanya sering ia ikut tanya “Mama mama?” — maksudnya “Mama mana?” tapi yang keluar kata “mana” mirip pengucapan kata “mama”.
Oleh terapis wicara di sekolah, entah dengan teknik wicara bagaimana (tapi hasil pengucapannya bisa dicek dengan sentuh bagian bawah dagu dekat leher), sekarang Ellen bisa bedakan pengucapan kedua kata tsb. Kadang ia masih keceplos mengucapkan “Mama mama?” tapi segera diralatnya sendiri, “Mama maNA?”.
(ditulis oleh papa Ellen berdasarkan penanganan Ellen dengan peran besar sang mama)
–Akan sangat bermanfaat jika ada terapis wicara yang bergabung dan berbagi ilmunya–
- Judul : Terapi Mendengar vs Terapi Wicara
- Penulis : Unknown
- Kategori : Terapi wicara
-
Rating : 100% based on 10 ratings. 5 user reviews.
Item Reviewed: Terapi Mendengar vs Terapi Wicara
9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
0 komentar
Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^